Senin, 04 Juli 2011

Surat Kecil untuk Tuhan

Tuhan ..
Andai aku bisa kembali..
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada hal yang sama terjadi padaku, terjadi pada siapapun.

Cuplikan itu menjadi sedikit bait dari sebuah tulisan yang ditulis seorang remaja penderita kanker Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak. Sebuah kanker ganas yang menyerang pada bagian wajah seorang gadis remaja bernama Gita Sesa Wanda Cantika. Umurnya masih 13 tahun saat dokter mengatakan kepada ayahnya bahwa putrinya hanya dapat bertahan selama 5 hari bila tidak melakukan operasi segera. Hati ayah mana yang tidak hancur ketika tahu jalannya operasi itu harus membuat sang putri kehilangan sebagian wajahnya. Sedangkan sang putri mulai bertanya mengapa di wajahnya mulai tumbuh gumpalan sebesar buah kelapa.

Tak ingin melukai hati anaknya, sang ayah beserta keluarga merahasiakan kanker itu pada Keke, panggilan gadis remaja aktif dengan sejuta prestasi model dan tarik suara. Namun perlahan Keke mulai menyadari dirinya bukan sakit biasa. Ia sadar hidupnya tak mungkin akan bertahan lama dengan pandangan mata yang mulai buta oleh kanker. Walau akhirnya dirinya tahu ia terserang kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah kepada siapapun yang merahasiakan penyakit maut itu padanya. Ia memberikan senyum kepada siapapun dan menunjukkan perjuangannya bahwa dengan kanker di wajahnya ia masih mampu berprestasi dan hidup normal di bangku sekolah.

Tuhan menunjukkan kebesaran hati dengan memberikan napas panjang padanya untuk lepas dari kanker itu sesaat. Perjuangan Keke melawan kanker membuahkan hasil. Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang ia cintai lebih lama. Keberhasilan dokter Indonesia menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi pada putri Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat hampir semua dokter di dunia bertanya-tanya.

Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat. Keke sadar napasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah kepada Tuhan. Ia bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernapas lebih lama dari vonis lima hari bertahan hingga tiga tahun lamanya. Dokter menyerah terhadap kankernya. Sebelum menarik napas terakhirnya, ia menuliskan sebuah surat kecil kepada Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada air mata lagi di dunia ini terjadi padanya, terjadi pada siapapun.
Napasnya telah berakhir pada 25 Desember 2006, tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan Idul Fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi.

Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya dikeluarkan secara online. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman. Perjalanan waktu, biografi Keke pun dipasarkan secara luas. Ditulis oleh Agnes Davonar, buku yang penuh dengan hikmah dan ketulusan ini diberi judul Surat Kecil untuk Tuhan ini menjadi buku kedua penulis yang memulai kariernya dari sebuah blogger dengan situs http://lieagneshendra.blogs.friendster.com.

Misi kemuliaan buku ini cukup tergambar dengan menyumbangkan sebagian dari hasil penjualan ini kepada yayasan yang bernaung membantu penderita kanker di Indonesia. Bahkan, buku ini diedarkan di luar negeri dengan permintaan penerbit asal Taiwan di bawah bendera Suaraindo. Sedangkan di Indonesia sendiri mulai diedarkan minggu ketiga Agustus 2008. Sebuah soundtrack yang dinyanyikan oleh penyanyi cilik Indonesia Ferel dengan judul Sebab Kau
Menjagaku menambah arti kisah perjalanan gadis remaja yang mendapatkan penghargaan sebagai siswa teladan Indonesia dari pemerintah Indonesia.

Agnes Davonar sendiri mengakui, air matanya tak pernah berhenti mengalir ketika menuliskan buku ini, sehingga ia berharap buku ini dapat menjadi sebuah semangat bagi siapapun orang yang mengalami sebuah cobaan dari Tuhan agar tetap bersyukur dan pasrah. Ayah Agnes Davonar juga meninggal karena sebuah kanker paru-paru sehingga ia begitu bersemangat menuliskan kisah ini sejak dua tahun silam dan akhirnya buku ini dapat diedarkan secara luas. Sebuah penantian panjang tentang sebuah keimanan yang layak untuk anda miliki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar