1. ISONIAZIDA (H)
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama
generik Isoniazida 100 mg dan 300 mg / tablet. Nama lain Isoniazida : Asam
Nicotinathidrazida; Isonikotinilhidrazida; INH
Dosis. Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak-anak 10 mg per
berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi orang
dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan lainnya. Umumnya
dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Dalam kombinasi biasa
dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan
900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak dengan dosis
10-20 mg per kg berat badan. Atau 20 – 40 mg per kg berat badan sampai 900 mg,
2 atau 3 kali seminggu.
Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis aktif,
disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.
Kontraindikasi. Kontra indikasinya adalah riwayat
hipersensistifitas atau reaksi adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati,
kerusakan hati akut, tiap etiologi : kehamilan(kecuali risiko terjamin).
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Mekanisme kerja
berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid,
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri.
Interaksi. Isoniazid adalah inhibitor kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, tetapi mempunyai efek minimal pada CYP3A. Pemakaian Isoniazide
bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan meningkatnya konsentrasi
obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko toksis. Antikonvulsan seperti fenitoin dan karbamazepin adalah yang sangat terpengaruh oleh isoniazid. Isofluran, parasetamol dan Karbamazepin,
menyebabkan hepatotoksisitas, antasida
dan adsorben menurunkan absopsi, sikloserin meningkatkan toksisitas pada
SSP, menghambat metabolisme karbamazepin,
etosuksimid, diazepam, menaikkan kadar plasma teofilin. Efek Rifampisin lebih besar dibanding efek isoniazid,
sehingga efek keseluruhan dari kombinasi isoniazid dan rifampisin adalah
berkurangnya konsentrasi dari obat-obatan tersebut seperti fenitoin dan
karbamazepin
Efek Samping. Efek samping dalam hal neurologi: parestesia,
neuritis perifer, gangguan penglihatan, neuritis optik, atropfi optik, tinitus,
vertigo, ataksia, somnolensi, mimpi berlebihan, insomnia, amnesia, euforia,
psikosis toksis, perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna,
hiperrefleksia, otot melintir, konvulsi. Hipersensitifitas demam,
menggigil, eropsi kulit (bentuk morbili,mapulo papulo, purpura, urtikaria),
limfadenitis, vaskulitis, keratitis. Hepatotoksik: SGOT
dan SGPT meningkat, bilirubinemia, sakit kuning, hepatitis fatal. Metaboliems
dan endrokrin: defisiensi Vitamin B6, pelagra, kenekomastia, hiperglikemia,
glukosuria, asetonuria, asidosis metabolik, proteinurea. Hematologi: agranulositosis, anemia aplastik, atau
hemolisis, anemia, trambositopenia. Eusinofilia, methemoglobinemia. Saluran cerna: mual, muntah, sakit ulu hati, sembelit. Intoksikasi lain: sakit kepala, takikardia, dispenia, mulut
kering, retensi kemih (pria), hipotensi postura, sindrom seperti lupus,
eritemamtosus, dan rematik.
Peringatan/Perhatian Diperingatkan hati-hati jika menggunakan
Isoniazid pada sakit hati kronik, disfungsi ginjal, riwayat gangguan konvulsi. Perlu
dilakukan monitoring bagi peminum alkohol karena menyebabkan hepatitis, penderita
yang mengalami penyakit hati kronis aktif dan gagal ginjal, penderita berusia
lebih dari 35 tahun, kehamilan, pemakaian obat injeksi dan penderita dengan
seropositif HIV. Disarankan menggunakan Piridoksin 10-2 mg untuk mencegah
reaksi adversus.
Overdosis. Gejala yang timbul 30 menit sampai 3 jam setelah
pemakaian berupa mual, muntah, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan atau
halusinasi, tekanan pernafasan dan SSP, kadang kadang asidosis, asetonurea, dan
hiperglikemia pada pemeriksaan laboratorium.
2. RIFAMPISIN
Identitas. Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul
300 mg, 450 mg, 600 mg
Dosis Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg satu kali sehari,
atau 600 mg 2 – 3 kali seminggu. Rifampisin harus diberikan bersama dengan obat
anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis diberikan dokter / tenaga
kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang diberikan satu kali sehari
maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 – 15 mg per kg berat badan.
Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150 mg
untuk 10 – 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
Indikasi Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang dikombinasikan dengan
antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman
semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja,
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
Interaksi Interaksi obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi
dikurangi oleh antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid,
meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme kloramfenikol,
nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik,
antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea),
fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin, haloperidol,
indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem, nifedipin,
verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung, mengurangi efek
kostikosteroid, flufastatin. Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450
isoenzymes, mengakibatkan turunnya konsentrasi serum
obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut.
Obat obat tersebut mungkin perlu ditingkatkan selama pengobatan TB, dan
diturunkan kembali 2 minggu setelah Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang
berinteraksi: diantaranya : protease
inhibitor, antibiotika makrolid,
levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin, fenitoin, verapamil,
diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam, midazolam, triazolam
dan beberapa obat lainnya.
Efek Samping Efek samping pada Saluran cerna ; rasa panas pada perut, sakit epigastrik, mual,
muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare, SSP:
letih rasa kantuk, sakit kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir,
baal umum, nyeri pada anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian
frekuensi rendah sementara ( jarang). Hipersensitifitas:
demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah,
eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal ginjal
akut( reversibel). Hematologi: trombositopenia, leukopenia transien, anemia,
termasuk anemia hemolisis. Intoksikasi
lain: Hemoptisis, proteinurea rantai rendah, gangguan
menstruasi, sindrom hematoreal.
Peringatan/Perhatian Keamanan penggunaan selama kehamilan, dan pada anak
anak usia kurang 5 tahun belum ditetapkan. Hati hati penggunaan pada : penyakit
hati, riwayat alkoholisma, penggunaan bersamaan dengan obat hepatotoksik lain.
Overdosis Gejala yang kadang kadang timbul adalah mual, muntah, sakit perut,
pruritus, sakit kepala, peningkatan bilirubin, coklat merah pada air seni,
kulit, air liur, air mata, buang air besar, hipotensi, aritmia ventrikular.
3. PIRAZINAMIDA
Identitas. Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500
mg/tablet.
Dosis Dewasa dan anak sebanyak 15 – 30 mg per kg berat badan, satu kali
sehari. Atau 50 – 70 mg per kg berat badan 2 – 3 kali seminggu. Obat ini
dipakai bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
Indikasi Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti
tuberkulosis lain.
Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria,
hipersensitivitas.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
berada dalam sel dengan suasana asam. Mekanisme kerja, berdasarkan
pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosa.
Efek Samping Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam
anoreksia, hepatomegali, ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia, anemia
sideroblastik, urtikaria. Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan.
Hati-hati penggunaan pada: penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga
atau diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak sempurna;
penderita dengan riwayat tukak peptik.
Peringatan/Perhatian Hanya dipakai pada terapi kombinasi anti
tuberkulosis dengan pirazinamid , namun dapat dipakai secara tunggal mengobati
penderita yang telah resisten terhadap obat kombinasi. Obat ini dapat
menghambat ekskresi asam urat dari ginjal sehingga menimbulkan hiperurikemia.
Jadi penderita yang diobati pirazinamid harus dimonitor asam uratnya.
Overdosis Data mengenai over dosis terbatas, namun pernah dilaporkan adanya
fungsi abnormal dari hati, walaupun akan hilang jika obat dihentikan.
4. ETAMBUTOL
Identitas. Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama
generik Etambutol-HCl 250 mg, 500 mg/tablet.
Dosis. Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kg
berat badan, satu kali sehari. Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg berat
badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadang dokter
juga memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali
seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi.
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat
lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk
anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.
Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti
neuritis optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan
pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin. Mekanisme
kerja, berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah,
juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada
dinding sel.
Interaksi. Garam Aluminium seperti dalam obat maag, dapat
menunda dan mengurangi absorpsi etambutol. Jika diperlukan garam alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.
Efek Samping Efek samping yang muncul antara lain gangguan
penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan lapangan
pandang. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi
maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala, disorientasi,
mual, muntah dan sakit perut.
Peringatan/Perhatian. Jika Etambutol dipakai, maka diperlukan
pemeriksaan fungsi mata sebelum pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi
ginjal; usia lanjut; kehamilan; ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan
penglihatan. Etambutol tidak diberikan kepada penderita anak berumur dibawah
umur 6 tahun, karena tidak dapat menyampaikan reaksi yang mungkin timbul
seperti gangguan penglihatan.
5. STREPTOMISIN
Identitas Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram / vial
berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro Injeksi dan
Spuit.
Dosis Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelah
dilakukan uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah 15
mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 – 30 mg per kg berat
badan, maksimum 1,5 gram 2 – 3 kali seminggu. Untuk anak 20 – 40 mg per kg
berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25 – 30 mg per kg berat
badan 2 – 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120 gram.
Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid, Rifampisin,
dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan 2 atau
lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat
atau aminoglikosida lainnya.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang
sedang membelah. Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
Interaksi Interaksi dari Streptomisin adalah dengan kolistin, siklosporin,
Sisplatin menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin, dan vankomisin menaikkan
ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat meningkatkan risiko hipokalsemia,
toksin botulinum meningkatkan hambatan neuromuskuler, diuretika kuat
meningkatkan risiko ototoksisitas, meningkatkan efek relaksan otot yang non
depolarising, melawan efek parasimpatomimetik dari neostigmen dan piridostigmin.
Efek Samping Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif
100 g, yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat khusus.
Peringatan/Perhatian Peringatan untuk penggunaan Streptomisin : hati
hati pada penderita gangguan ginjal, Lakukan pemeriksaan bakteri tahan asam, hentikan
obat jika sudah negatif setelah beberapa bulan. Penggunaan intramuskuler agar
diawasi kadar obat dalam plasma terutama untuk penderita dengan gangguan fungsi
ginjal
6. Obat Anti Tuberkulosis untuk Tuberkulosis
Resisten Majemuk
(multi-drug resistant tuberculosis =MDRTB)
Peningkatan prevalensi bakeri patogen yang resisten saat ini semakin
banyak, terutama karena penggunaan antibiotik yang tidak rasional baik oleh
petugas kesehatan maupun penderita sendiri. Hal ini menyebabkan beberapa orang
telah mulai diidentifikasi resisten terhadap obat antituberkulosis yang ada.
Memang belum banyak dilakukan penelitian tentang resisensi ini, namun telah
terjadi di beberapa Negara, termasuk di Indonesia. Temuan tentang resistensi
terhadap INH dan Rifampisin, yang cukup tinggi
seperti yang dilaporkan WHO, menuntut penggunaan obat anti
tuberkulosis generasi kedua ( Second lines anti-tuberculosis drugs)
WHO menganjurkan penggunaan obat obatan berikut dan diawasi langsung
oleh para ahli, yaitu :
makasi yaa dah share bentukan obatnya.. bingung sediaannnya aslinya... maklum masih sekolah.. =P
BalasHapussemangat bwt ngeblognya
kembali kasii...
Hapussmangat dlm menuntut ilmu, salam sukses sll..
Terimakasih atas infonya....
Hapusyang ini juga kak untuk daftar pustakanya dimana ya ? terima kasih
BalasHapus