Antibiotika digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dengan tujuan sbb:
- Terapi empirik infeksi
- Terapi definitif infeksi
- Profilaksis non-Bedah
- Profilaksis Bedah
Sebelum memulai terapi dengan antibiotika sangat penting untuk
dipastikan apakah infeksi benar-benar ada. Hal ini disebabkan ada beberapa
kondisi penyakit maupun obat yang dapat memberikan gejala/ tanda yang mirip
dengan infeksi. Selain itu pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi
dapat menyebabkan meningkatnya insiden resistensi maupun potensi Reaksi Obat
Berlawanan (ROB) yang dialami pasien. Bukti infeksi dapat berupa adanya tanda
infeksi seperti demam, leukositosis, inflamasi di tempat infeksi, produksi
infiltrat dari tempat infeksi, maupun hasil kultur. Kultur perlu dilaksanakan
pada infeksi berat, infeksi kronik yang tidak memberikan respon terhadap terapi
sebelumnya, pasien immunocompromised, infeksi yang menghasilkan komplikasi yang
mengancam nyawa.
Jumlah antibiotika yang beredar di pasaran terus bertambah seiring
dengan maraknya temuan antibiotika baru. Hal ini di samping menambah opsi bagi
pemilihan antibiotika juga menambah kebingungan dalam pemilihan, karena banyak
antibiotika baru yang memiliki spektrum bergeser dari antibiotika nduknya.
Contoh yang jelas adalah munculnya generasi fluoroquinolon baru yang
spektrumnya mencakup bakteri gram positif yang tidak dicakup oleh
ciprofloksasin. Panduan dalam memilih antibiotika di samping mempertimbangkan
spektrum, penetrasi ke tempat infeksi, juga penting untuk
melihat ada-tidaknya gagal organ eliminasi.
Berikut ini monografi beberapa antibiotika yang banyak digunakan dalam
terapi infeksi saluran pernapasan.
1. Penicillin V
2. Amoksisilin / Koamoksiklav
3.Cefadroksil
4.Cefuroksim
5. Cefiksim
6. Eritromisin
7. Azitromisin
8. Klaritromisin
9.Doksisiklin
10.Ciprofloksasin
11. Ofloksasin
12. Levofloksasin
13. Moksifloksasin
14. Kotrimoksazol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar