Jenis
Cairan (Rekomendasi WHO)
Kristaloid
Larutan ringer
laktat (RL)
Larutan ringer
asetat (RA)
Larutan garam faali
(GF)
Dekstrosa 5% dalam
larutan ringer laktat (D5/RL)
Dekstrosa 5% dalam
larutan ringer asetat (D5/RA)
Dekstrosa 5% dalam
1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)
(Catatan:Untuk
resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh
larutan
yang mengandung dekstran)
Koloid
Dekstran 40
Plasma
Albumin
Pengobatan
awal cairan intravena digunakan larutan ringer laktat >20ml/kgBB. Tetesan diberikan
secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi
cairan sesuai berat BB ideal dan umur. Apabila syok belum dapat teratasi
setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10ml/kgBB/jam bila tidak
ada perbaikan stop pemberian kristaloid dan beri cairan koloid (dekstran 40
atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30
ml/kgBB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari, sebaiknya tidak diberikan pada
saat perdarahan.
Setelah
pemberian cairan resusitasi kristaloid dan koloid, syok masih menetap sedangkan
kadar hematokrit turun, diduga sudah terjadi perdarahan; maka dianjurkan pemberian
transfusi darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap tinggi, maka berikan
darah dalam volume kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kgBB/ 24
jam. Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai
keadaan klinis dan kadar hematokrit.
Pada
umumnya, cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam syok teratasi.
Apabila cairan tetap diberikan dengan jumlah yang berlebih pada saat terjadi
reabsorpsi plasma dari ekstravaskular, maka akan menyebabkan hipervolemia dengan
akibat edema paru dan gagal jantung. Nadi yang kuat, tekanan darah normal,
diuresis cukup, tanda vital baik, merupakan tanda terjadinya fase reabsorbsi.
Transfusi Darah
Pemeriksaan
golongan darah cross-matching harus dilakukan pada setiap pasien syok, terutama
pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock). Pemberian transfusi darah
dilakukan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata. Kadangkala sulit
untuk mengetahui perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai
hemokonsentrasi. Penurunan hematokrit (misalnya dari 50% menjadi 40%) tanpa
perbaikan klinis walaupun telah diberikan cairan yang mencukupi, merupakan
tanda adanya perdarahan.
Pemberian
darah segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung
plasma, sel darah merah dan faktor pembesar trombosit. Plasma segar dan atau
suspensi trombosit berguna untuk pasien dengan KID dan perdarahan masif. KID
biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan perdarahan masif sehingga
dapat menimbulkan kematian. Pemeriksaan hematologi seperti waktu tromboplastin
parsial, waktu protombin, dan fibrinogen degradation products harus diperiksa
pada pasien syok untuk mendeteksi terjadinya dan berat ringannya KID.
Pemeriksaan hematologis tersebut juga menentukan prognosis.